Upacara Menarik dari Tradisi Budaya Masyarakat Papua

Upacara Menarik dari Tradisi Budaya Masyarakat Papua

Upacara Menarik dari Tradisi Budaya Masyarakat Papua – Papua slot88 adalah salah satu provinsi paling besar yang ada di Indonesia dan terletak di wilayah timur Indonesia. Selain memiliki alam yang melimpah, Papua juga kaya akan kebudayaan serta tradisinya. Seperti daerah lain di Indonesia, Papua juga kental akan adat istiadat turun temurun serta masih melestarikan tradisinya hingga sekarang. Tradisi yang masih dipelihara oleh masyarakat Papua ini termasuk upacara adat Papua yang dilaksanakan pada momen tertentu. Upacara adat Papua saat ini tidak hanya sekadar upacara belaka, akan tetapi juga menjadi obyek wisata bagi para wisatawan.

Tanam Sasi

Kata anim dalam penamaan suku Marind Anim ini memiliki arti laki-laki dan kata anum artinya adalah perempuan. Jumlah penduduk slot88 login dari suku ini diperkirakan sebanyak 5000 hingga 7000 jiwa. Sasi adalah sejenis kayu yang menjadi media utama dalam rangkaian upacara adat kematian satu ini. Kayu sasi ditanam selama kurang lebih 40 hari setelah kematian seseorang di daerah tersebut. Kayu sasi kemudian akan dicabut, setelah mencapai hari ke-seribu ditanam. Upacara tanam sasi ini selalu dilaksanakan oleh Suku Marind dan berdampak pada hasil ukiran kayu khas Papua yang terkenal hingga ke mancanegara. Seperti halnya upacara bakar batu, upacara tanam sasi juga memiliki filosofi atau arti khusus bagi penduduk suku Marind. Makna yang tersimpan dalam upacara tanam sasi adalah sebagai berikut ini.

Baca Juga : Keunikan Budaya yang Menarik dari Suku Toraja

Masyarakat Papua yang melaksanakan upacara tanam sasi ini mempercayai bahwa ukiran pada kayu sasi memiliki beberapa makna khusus, seperti kehadiran dari para roh leluhur, simbol kepercayaan pada makhluk hidup dan simbol dari keindahan dan karya seni. Pada proses upacara Tanam Sasi, masyarakat akan menampilkan tarian tradisional yang disebut dengan Tari Gatsi. Tari Gatsi adalah salah satu tarian khas dari Suku Marind.

Tari Gatsi ini dipentaskan hanya ketika upacara adat Tanam Sasi berlangsung  dan festival tusu telinga, hal ini karena slot depo 10k Tari Gatsi memiliki makna khusus yaitu agar masyarakat dari Suku Marind senantiasa mematuhi adat budaya yang ada di masyarakat dan turut melestarikan tradisi dari masyarakat Suku Marind. Selama pertunjukan, para musisi akan memainkan alat musik tradisional yang bernama Tifa.

Wor

Upacara Wor merupakan tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun oleh Suku Biak, yaitu suku yang mendiami berbagai daerah di Papua. Upacara Wor dapat dimaknai sebagai upacara adat yang memiliki hubungan dengan kehidupan religius dari masyarakat Suku Biak, sehingga segala macam aspek kehidupan sosial masyarakat Suku Biak seringkali diwarnai dengan Wor. Bagi warga Biak, upacara Wor merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh keluarga inti dengan melibatkan kerabat suami dan istri. Tujuannya adalah untuk memohon sekaligus meminta perlindungan untuk anak mereka pada penguasa alam semesta. Upacara Wor juga dipercaya oleh warga Biak dapat melindungi seseorang setiap ada peralihan siklus dalam hidupnya. Biasanya, masyarakat Suku Biak melaksanakan upacara Wor untuk mengiringi pertumbuhan fisik anak-anak, sejak masih dalam kandungan, sudah lahir hingga usia tua atau bahkan kematian.

Perkawinan Suku Biak

Masyarakat dari Suku Biak Papua, memang dikenal suka menjodohkan anak-anaknya sejak mereka kecil. Sebelum melangsungkan upacara perkawinan, biasanya masyarakat Suku Biak akan menjalani suatu rangkaian prosesi Ibcbet login mulai dari pinangan atau senepen, lamaran atau fakfuhen hingga akhirnya melangsungkan proses pernikahan. Pada umumnya, pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Biak ini terbilang cukup sederhana. Sama seperti pernikahan pada umumnya, kedua calon pengantin akan dihias dengan menggunakan pakaian adat. Sedangkan ketika resepsi pernikahan, biasanya dilakukan di rumah pihak pengantin prianya. Proses pernikahan dari pengantin Suku Biak akan dimulai dengan menyerahkan benda pusaka lebih dulu, contohnya seperti parang, panah dan tombak di antara kedua belah pihak.

Snap Mor

Upacara adat Papua selanjutnya adalah sebuah tradisi menangkap ikan di air laut yang sedang surut. Upacara adat Papua satu ini disebut sebagai Snap Mor dan biasa dilakukan oleh masyarakat Papua dari Suku Biak secara beramai-ramai. Snap Mor dilaksanakan ketika air laut dalam keadaan surut, yaitu pada sekitar bulan Juli hingga bulan Agustus. Upacara adat Snap Mor menjadi salah satu pertanda bahwa warga Suku Bika memiliki pengetahuan tentang waktu yang tepat dan sesuai untuk menangkap ikan. Tidak hanya itu saja, tradisi Snap Mor mengandung nilai kebersamaan serta menjadi bentuk dari rasa syukur masyarakat Suku Biak karena berkat dan karunia yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Kiuturu Nandauw

Di Papua, ada pula beberapa upacara adat khusus penting yang biasanya dilakukan oleh para orang tua untuk anak-anaknya. Anak-anak di Papua, biasanya akan melaksanakan serangkaian upacara adat yang menjadi salah satu tradisi secara turun temurun. Salah satunya adalah upacara adat Kiuturu Nandauw atau biasa disebut dengan upacara adat Kakarukrorbun. Upacara adat satu ini merupakan upacara potong rambut pertama kali yang dilakukan oleh anak-anak ketika menginjak usia 5 tahun.

Tradisi Nasu Palek

Upacara adat Papua yang satu ini dinilai cukup ekstrim. Upacara adat Nasu Palek merupakan sebuah tradisi mengiris telinga yang dilakukan oleh masyarakat dari Suku Dani. Tradisi Nasu Palek dilakukan sebagai wujud dari rasa duka cita atau sedih ketika ada seorang anggota keluarga yang meninggal dunia. Bagi masyarakat Suku Dani, setiap irisan telinga yang berkurang adalah sebuah bentuk penghormatan pada ibu, ayah dan saudara yang meninggal dunia.

Tradisi Iki Palek

Upacara adat ini masih berhubungan dengan upacara adat Nasu Palek, bahkan upacara adat ini cukup dikenal karena dinilai ekstrim. Bedanya dengan upacara adat Nasu Palek, upacara adat Iki Palek merupakan upacara potong jari. Upacara potong jari akan dilaksanakan ketika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia. Tujuannya sama seperti upacara adat Nasu Palek, yaitu sebagai wujud kesedihan atau duka cita atas kepergian anggota keluarga. Tradisi ini dilakukan, karena menurut masyarakat Suku Dani menangis saja tidak cukup untuk mewakili rasa sedih yang dirasakan oleh seseorang. Selain itu, masyarakat Suku Dani juga beranggapan bahwa kehilangan salah satu anggota keluarga sama seperti kehilangan sebagian kekuatannya. Upacara Iki Palek dilaksanakan dengan memotong satu ruas jari sebagai suatu simbol atas kesedihan akibat kepergian orang-orang terdekat. Proses pemotongan satu ruas jari tersebut, biasanya dilakukan dengan menggunakan kapak maupun pisau tradisional atau bisa pula dengan menggigit jari hingga putus.

Bakar Batu

Upacara bakar batu dilakukan oleh suku pedalaman seperti Nabire, Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, Paniai, Pegunungan Bintang, Yahukimo dan Dekai. Dalam sejarahnya, upacara bakar batu bagi masyarakat di pegunungan tengah Papua merupakan pesat untuk membakar daging babi. Akan tetapi, sebagai bentuk toleransi, saat ini masyarakat Papua tidak harus atau tidak selalu membakar babi, terkadang mereka juga membakar sapi, kambing maupun ayam.

Upacara batu bakar dilakukan untuk menyambut berita kebahagiaan seperti dilaksanakannya perkawinan adat, kelahiran, penobatan kepala suku hingga mengumpulkan prajurit ketika akan pergi berperang. Selain itu, upacara bakar batu juga menjadi simbol dari kesederhanaan yang dimiliki oleh masyarakat Papua yang selalu menjunjung slot qris persamaan hak, keadilan, ketulusan, kekompakan, kejujuran hingga keikhlasan yang membawa perdamaian.

Exit mobile version